Sebagai wujud kepedulian lingkungan tidak ada salahnya kita mencoba mengolah sampah sebagai bahan pakan ternak kita . Mencoba bisa dimulai dari quota sedikit dulu . Membuat pakan dari sampah di mulai dengan pemisahan sampah organik dan anorganik, dilanjutkan dengan pencacahan, fermentasi, pengeringan, penepungan, pencampuran, dan pembuatan pelet.Pemisahan sampah organik dari sampah anorganik dimaksudkan agar sampah yang diolah hanya yang dapat dicerna oleh ternak serta menghindarkan ternak dari mengonsumsi bahan-bahan beracunatau yang mengandung logam be-
rat. Pemisahan sebaiknya dapat dilakukan di tingkat produsen sampah (pasar atau rumah tangga). Oleh karena itu, untuk program massal perlu disediakan tempat sampah
organik dan anorganik di tingkat produsen sampah. Sampah dari rumah sakit dan pabrik yang banyak mengandung logam berat atau bahan beracun seyogianya dihindari.
Sampah organik yang telah terpisah dari bahan lain selanjutnya dicacah dengan alat atau mesin pencacah agar bentuknya lebih kecil dan untuk memudahkan fermentasi.
Fermentasi dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan gizi dan nilai cerna sampah karena kandungan gizi sampah umumnya rendah tetapi serat kasarnya relatif tinggi.
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan inokulan bakteri dan cara yang tepat agar diperoleh produk yang bermutu tinggi.
Setelah difermentasi, sampah dikeringkan dengan dijemur lalu digiling hingga menjadi tepung. Selanjutnya tepung sampah ditambah bahan lain termasuk enzim dan diaduk dalam mesin pencampur, sehingga diperoleh pakan komplit yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Apabila diperlukan, semua bahan yang sudah tercampur dibentuk pelet. Pelet pakan ternak dapat disimpan hingga 6 bulan. Idealnya ransum komplit diberikan sekitar 3% dari bobot hidup ternak per hari. Dengan jumlah pakan tersebut, sapi tidak lagi memerlukan HMT atau rumput. Namun sebagian petani ternyata masih memberikan rumput. Sebagai contoh,jika ternak diberi pakan komplit 1,5% dari bobot hidup per hari,
peternak tinggal memberi rumput 50% dari kebutuhan semestinya.
Keuntungan Ekonomi
Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP ) Bali menunjukkan bahwa penggunaan pakan komplit berbahan baku sampah sebanyak 1,5% dari bobot badan pada sapi bali selama 5 bulan, memberikan pertambahan bobot badan rata-rata 650 g/hari. Secara ekonomis pemanfaatan sampah untuk pakan ini sangat prospektif
mengingat bahan dan biaya produksinya relatif murah, sedangkan efeknya terhadap pertumbuhan sapi cukup baik. Berdasarkan analisis ekonomi, penggemukan sapi
dengan ransum komplit berbahan baku sampah memberikan keuntungan sekitar 200% dibandingkan dengan cara tradisional.
Sumber : www.pustaka-deptan.go.id
Ucapan 1
Apakah Anda masih bingung untuk menemukan cara membeli atau memesan Ternak Kambing berkualitas, mencari Supplier Rutin Daging Kambing atau memesan Menu masakan ala daging Kambing tanpa harus pergi ke Pasar???
Semua yang Anda perlukan diatas akan Anda dapatkan disini!!
Latar Belakang
LATAR BELAKANG
Seiring dengan makin bertambahnya kebutuhan akan konsumsi daging kambing oleh masyarakat Indonesia pada khususnya dan masyarakat di seluruh dunia pada umunya, maka kami selaku Industri Ternak kambing professional harus selalu meningkatkan produksi ternak kambing kami dengan tetap menjaga kualitas, hygienitas dan keabsahan dari setiap produk kami menurut hukum agama ataupun hukum pemerintahan. Oleh karena itu, kami berharap sebesar – besarnya kepada seluruh komunitas publik agar sekiranya senantiasa dapat memberikan saran, kritik atau komentarnya guna perbaikan terhadap setiap fasilitas dan produk usaha kami.
Seiring dengan makin bertambahnya kebutuhan akan konsumsi daging kambing oleh masyarakat Indonesia pada khususnya dan masyarakat di seluruh dunia pada umunya, maka kami selaku Industri Ternak kambing professional harus selalu meningkatkan produksi ternak kambing kami dengan tetap menjaga kualitas, hygienitas dan keabsahan dari setiap produk kami menurut hukum agama ataupun hukum pemerintahan. Oleh karena itu, kami berharap sebesar – besarnya kepada seluruh komunitas publik agar sekiranya senantiasa dapat memberikan saran, kritik atau komentarnya guna perbaikan terhadap setiap fasilitas dan produk usaha kami.
Hadist
Dari Samurah bin Jundab menyatakan bahwa Rasulullah telah bersabda : “ Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya, yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan ( kambing ), diberi nama dan dicukur rambutnya.” [ HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’ i, Ibnu Majah, Ahmad].
Selasa, 28 Desember 2010
Minggu, 26 Desember 2010
Cara Pembuatan Susu Jolong pada Kambing
1. KELUARAN
Teknologi pemberian susu tambahan
2.BAHAN
Air susu sapi/susu bubuk, minyak ikan, telur ayam, gula pasir.
3. PERALATAN
Sendok, dot susu, gelas
4. PEDOMAN TEKNIS
1. Cara membuat susu jolong (apabila induk mati atau anak domba lahir > 2 ekor)
pada hari pertama dan kedua. Campurkan secara merata 0,25-0,5 liter susu sapi,
susu bubuk, atau susu kambing, tambahkan minyak ikan, 1 butir telur ayam dan
setengah sendok makan gula pasir. Aduk hingga merata dan berikan 200 - 300
cc/hari.
2. Cara pemberian susu jolong adalah dengan botol susu (dot bayi manusia). Berikan
langsung secara disusukan 3 - 4 kali dengan letak botol lebih tinggi
dari anak domba.
3. Susu buatan dibuat dari 3-4 sendok makan susu bubuk (susu skim), 250-300 cc air
matang hangat, tambahkan mentega dan 1/2 sensok makan gula pasir. Aduk
hingga merata dan berikan untuk satu hari.
4. Pemberian dengan botol sampai umur 2 bulan, setelah umur 1 bulan, berikan
makanan pakan hijauan dan konsentrat semaunya.5. SUMBER
Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001
6. KONTAK HUBUNGAN
Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan Harsono RM No.
3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia
Hama dan Penyakit pada Kambing serta Pencegahannya
1. Penyakit Mencret
Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan.
Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.
2. Penyakit Radang Pusar
Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri
Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia
domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari. Gejala: terjadi pembengkakan di
sekitar pusar dan apabila disentuh domba akan kesakitan. Pengendalian: dengan
antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).
3. Penyakit Cacar Mulut
Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe yang terserang tidak
dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat
mengakibatkan kematian. Pengendalian: dengan sulfa seperti Sulfapyridine,
Sulfamerozine, atau pinicillin.
4. Penyakit Titani
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang
biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba selalu gelisah, timbul kejang pada beberapa
ototnya bahkan sampai keseluruh badan. Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan
larutan Genconos calcicus dan Magnesium.
5. Penyakit Radang Limoah
Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya cepat
dan dapat menular ke manusia. Penyebab: bakteri Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh
meninggi, dari lubang hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah,
nadi berjalan cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan
menyuntikan antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat
tubuh domba tertular.
6. Penyakit Mulut dan kuku
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang
diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: virus dan menyerang semua usia
pada domba Gejala: mulut melepuh diselaputi lendir. Pengendalian: membersihkan
bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%,
sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau
Natrium karbonat 4%.
7. Penyakit Ngorok
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan domba berkurang, dapat
menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. Semua usia domba dapat terserang
penyakit ini, domba yang terserang terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut
menganga, keluar lendir berbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika
lewat air minum atau suntikan.
8. Penyakit perut Kembung
Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang masih
diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar dan dapat menyebabkan kematian.
Untuk itu diusahakan pemberian makan yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan
digembalakan terlalu pagi Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam,
selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.
9. Penyakit Parasit Cacing
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing Fasciola gigantica
(Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing Haemonchus
contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata). Pengendalian:
diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat minuman, dapat juga diberi obat
cacing seperti Piperazin dengan dosis 220 mg/kg berat tubuh domba.
10. Penyakit Kudis
Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat dari
penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual
ternak domba. Penyebab: parasit berupa kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes
ciniculi dan Chorioptes bovis. Gejala: tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun
dan senang menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung,
kaki dan pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada
luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.
11. Penyakit Dermatitis
Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit domba.
Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua usia domba. Gejala:
terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang
menyusui terlihat radang kelenjar susu. Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium
tinctur pada luka.
12. Penyakit Kelenjar Susu
Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang
diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk yang menyusui tidak secara ruti
dibersihkan. Gejala: ambing domba bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan
suhu tubuh tinggi, nafsu makan kurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian:
pemberian obat-obatan antibiotika melalui air minum.
Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan
dengan:
1. Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
2. Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
3. Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan
mangannya.
4. Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong
sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
5. Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan
sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
6. Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
7. Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
8. Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.DAFTAR PUSTAKA :
1. Bambang agus murtidjo. 1993. Memelihara Domba, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
2. Bambang Cahyono. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
3. Bambang Sugeng. 1990. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta,
4. Joko santoso dkk. 1991. Pengembangan Ternak Potong di Pedesaan (Prosiding), Fakultas
Peternakan UNSOED. Purwokerto.
5. Warta pertanian No. 125/Th.X/1993, Peternakan, Jakarta, 1993.
KONTAK HUBUNGAN :
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa
No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340,
Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web:
http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Sabtu, 25 Desember 2010
Jenis Pakan Ternak
1. SEJARAH SINGKAT
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan
tenaga/diambil hasilnya dengan cara
mengembangbiakkannya sehingga dapat
meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak
peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat
diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki
peranan penting bagi ternak, baik untuk
pertumbuhan ternak muda maupun untuk
mempertahankan hidup dan menghasilkan produk
(susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak
dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk
memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar
ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan,
jenis pakan yang diberikan pada ternak harus
bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang
sering diberikan pada ternak kerja antara lain
berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).
2. SENTRA PERIKANAN
Selama ini produksi pakan ikan alami dilakukan
oleh pengusaha pembenihan ikan/udang dalam satu
unit pembenihan, atau oleh Balai Budidaya milik
Pemerintah. Sementara ini sentra produksi pakan
ikan buatan berada di Jawa.
3. JENIS
1. Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan
yang diberikan kepada ternak dalam bentuk
segar, baik yang dipotong terlebih dahulu
(oleh manusia) maupun yang tidak (disengut
langsung oleh ternak). Hijauan segar
umumnya terdiri atas daun-daunan yang
berasal dari rumput-rumputan, tanaman bijibijian/
jenis kacang-kacangan.
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar
yang sangat disukai ternak, mudah
diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis
meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga
menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan
dalam menghasilkan energi.
a. Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum
maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria
(Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput
lapangan yang tumbuh secara liar.
b. Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes
guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides,
Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain.
c. c. Daun-daunan: daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.
2. Jerami dan hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan
ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih dari
18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
3. Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya
berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.
4. Konsentrat (pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.
4. MANFAAT
1. Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan
protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%.
Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat
kelompok, yaitu:
a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput
gajah, rumput benggala dan rumput setaria).
2. Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai
kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daundaunan
sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela
rambat, ganggang dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra,
gamal dan sentero
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang
dan sebagainya).
3. Sumber vitamin dan mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun
hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat
bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan,
jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa
perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan
akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya.
Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di
pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap
digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan
beberapa mineral.
5. PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN/PENGOLAHAN
1. Kebutuhan Pakan
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap
nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis
ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh
(normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi
udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya
membutuhkan pakan yang berbeda pula.
Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National
Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan
dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia.
Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan
kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan
yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.
2. Konsumsi Pakan
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi),
mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya
untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan,
perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi
pakannya pun akan meningkat pula.
Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh
faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
a. Temperatur Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur
lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang
berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi
dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi
jenis ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup
tubuh (kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas
tubuhnya akibat pengaruh lingkungan.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi
pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya
menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi
temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi
kelebihan panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun.
Sebaliknya, pada temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan
membutuhkan pakan karena ternak membutuhkan tambahan panas.
Pengaturan panas tubuh dan pembuangannya pada keadaan kelebihan
panas dilakukan ternak dengan cara radiasi, konduksi, konveksi dan
evaporasi.
b. Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai
akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan
pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau,
rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah
yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk
mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada
asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan
mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
c. Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan
“lapar”. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf
(hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha
mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini,
kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan
ternak itu sendiri.
d. Status fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi
tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi
konsumsi pakannya.
e. Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan
adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi
energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin
tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan
menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi
energi yang dikandung pakan rendah.
f. Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang
dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya.
Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah
dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan
sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan
ukuran 3-5 cm.
g. Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya.
Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap
pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman
berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi
“berat badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut.
Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di
lapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang
badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan
menggunakan formula:
Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada 2 (inci) / 661
Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara
meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75
Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
h. Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan
(ternak potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit
dan bulu/wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula
kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi
(disediakan) lebih rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan
berat badannya (terutama selama masa puncak produksi) di samping
performansi produksinya tidak optimal.
3. Kandungan Nutrisi Pakan Ternak
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada
ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang
konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan
bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan
strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum
terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.
Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan
fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi
secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis
terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal dengan
istilah “analisis proksimat”.
4. Peralatan Pembuatan Pakan Ternak
1. Macam-Macam Silo
Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung pada lokasi,
kapasitas, bahan yang digunakan dan luas areal yang tersedia. Beberapa
silo yang sudah dikenal adalah:
Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti
sumur) dan di bangun di dalam tanah.
Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur
membentuk huruf V.
Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau
sekat yang terbuat dari bambu atau kayu.
Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah
menara menjulang ke atas yang bagian atasnya tertutup rapat.
Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti kotak.
2. Cara Memformulasi Pakan
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu
menggunakan Tabel Patokan Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh
kebutuhan nutrisi dalam penyusunan ransum bagi sapi perah adalah
sebagai berikut :
Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan
menjelang beranak(melahirkan pada umur 36 bulan),
membutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi sebagai berikut:
a. Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi: Bahan Kering=6,4
Kg, ME=13 Mcal, Protein=570 gram, mineral=37 kg.
b. Laktasi I: Bahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal,
Protein=93,6 gram, Mineral=5 kg.
c. Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg,
Protein=663,6 gram, Mineral=42 gram.
Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat
diformulasikan dengan suatu metode. Misalnya bahan-bahan pakan
yang tersedia adalah:
a. Rumput gajah: Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal,
Protein=1,8 gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
b. Rumput Kedele: Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal,
Protein=44,9 gram%BK, Mineral=6,3 gram%BK
c. Bungkil kelapa: Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal,
Protein=18,6 gram%BK, Mineral=5,5 gram%BK
Rumput gajah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan
kering sebanyak 80%= 80/100X7,4 kg = 5,92 kg BK. Maka
kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi rumput adalah:
sebanyak = 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.
Kekurangan:
Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
Protein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau 557,04/1480 X
100% = 37,64%.
Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah:
19,04/26,3 X 1,48 kg = 1,07 kg BK.
Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah:
7,26/26,3 X 1,48 kg = 0,41 kg BK.
Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan ternak dengan kondisi tersebut di atas adalah:
Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kg
Bungkil kedelai = 1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg
Bungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg.
3. Teknologi Pakan
Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan
pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya
cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan dengan
tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi
produk yang berdaya guna.
Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan rumput
sebelum diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi ternak
yang mengkonsumsinya. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah
beberapa bahan kimia pada bahan pakan agar dinding sel tanaman yang
semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga
memudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen untuk mencernanya.
Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara beriklim subtropis
dan tropis, akan tetapi sering menyebabkan pakan menjadi tidak
ekonomis dan masih memerlukan teknik-teknik untuk memodifikasinya,
terutama dalam penerapannya di tingkat peternak.
Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan di
lapangan adalah:
Pembuatan Hay
Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumputrumputan/
leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering
berkadar air: 20-30%. Pembuatan Hay bertujuan untuk
menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu
pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang
seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus
pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen
yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu
sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan
hijauan pada musim kemarau.
Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:
1. Metode Hamparan
Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara
meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan
terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di
balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini
biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna
kecoklat-coklatan).
2. Metode Pod
Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai
tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3
hari (kadar air ± 50%). Hijauan yang akan diolah harus
dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi,
serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang
diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang
akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
Pembuatan Silase
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumputrumputan
atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar
mengalami proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi
kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan
ternak tidak mungkin dilakukan.
Prinsip utama pembuatan silase:
1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel
tanaman.
2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui
proses fermentasi kedap udara.
3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.
Pembuatan silase pada temperatur 27-35 derajat C.,
menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat
diketahui secara
organoleptik, yakni:
1. mempunyai tekstur segar
2. berwarna kehijau-hijauan
3. tidak berbau
4. disukai ternak
5. tidak berjamur
6. tidak menggumpal
Beberapa metode dalam pembuatan silase:
1. Metode Pemotongan
Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5
cm
Dimasukkan kedalam lubang galian (silo)
beralas plastik
Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjakinjak)
Tutup dengan plastik dan tanah
2. Metode Pencampuran
Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum
dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat
fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri
pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel
hijauan. Bahan campuran dapat berupa: asam-asam
organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida,
asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi,
menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai
berikut:
asam organik: 4-6kg
molases/tetes: 40kg
garam : 30kg
dedak padi: 40kg
menir: 35kg
onggok: 30kg
Pemberian bahan tambahan tersebut harus
dilakukan secara merata ke seluruh hijauan
yang akan diproses. Apabila menggunakan
molases/tetes lakukan secara bertahap
dengan perbandingan 2 bagian pada
tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3
bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian
pada lapisan atas agar terjadi pencampuran
yang merata.
3. Metode Pelayuan
Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari
(kandungan bahan kering 40% - 50%.
Lakukan seperti metode pemotongan
Amoniasi
Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan
limbah pertanian (jerami) dengan penambahan bahan kimia:
kaustik soda (NaOH), sodium hidroksida (KOH) atau urea
(CO(NH2) 2. Proses amoniasi dapat menggunakan urea sebagai
bahan kimia agar biayanya murah serta untuk menghindari polusi.
Jumlah urea yang diperlukan dalam proses amoniasi: 4 kg/100 kg
jerami. Bahan lain yang ditambahkan yaitu : air sebagai pelarut (1
liter air/1 kg jerami).
Pakan Pemacu
Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu
pertumbuhan dan peningkatan populasi mikroba di dalam rumen,
sehingga dapat merangsang penambahan jumlah konsumsi serat
kasar yang akan meningkatkan produksi.
Molases sebagai bahan dasar pakan pemacu merupakan bahan
pakan yang dapat difermentasi dan mengandung beberapa mineral
penting. Dapat memperbaiki formula menjadi lebih kompak,
mengandung energi cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan
palatabilitas serta citarasa. Urea merupakan bahan pakan sumber
nitrogen yang dapat difermentasi. Setiap kilogram urea mempunyai
nilai yang setara dengan 2,88 kg protein kasar (6,25X46%). Dalam
proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan
konsumsi serat kasar dan daya cerna.
1. Proses Pembuatan
Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap :
Molases (29% dari total formula) dipanaskan pada
suhu ± 50 derajat C.
Buat campuran I (tapioka 16%, dedak padi 18%,
bungkil kedelai 13%).
Buat campuran II (urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).
Buat campuran III (tepung tulang 5% dan mineral
1%).
Buat campuran IV dari campuran I, II, III yang
diaduk merata.
Masukkan campuran IV sedikit sedikit ke dalam
molases, diaduk hingga merata (±15 menit).
Masukkan dalam mangkok/cetakan kayu beralas
plastik dan padatkan.
Simpan di tempat teduh dan kering.
2. Kualitas Nutrisi
Hasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibuat dengan
formulasi tersebut mempunyai nilai nutrisi sebagai berikut:
Energi 1856 Kcal, protein 24%, kalsium 2,83% dan fosfor
0,5%.
3. Jumlah dan Metode Pemberian
Pemberian pakan pamacu dapat meningkatkan konsentrasi
amonia dalam rumen dari (60-100) mgr/liter menjadi 150-
250 mgr/liter. Jumlah pemberian pakan pemacu
disesuaikan dengan jenis dan berat badan ternak. Untuk
ternak ruminansia kecil (domba/kambing) maksimum 4
gram untuk setiap berat badan. Untuk ternak ruminansia
besar (sapi) 2 gram untuk setiap berat badan dan 3,8 gram
untuk kerbau. Pemberian pakan pemacu sangat cocok bagi
ternak ruminansia yang digembalakan dan diberi sisa
tanaman pangan seperti jerami atau bahan pakan berkadar
protein rendah.
Pakan Penguat
Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung
adalah sejenis pakan komplet yang dibuat khusus untuk
meningkatkan produksi dan berperan sebagai penguat. Mudah
dicerna, karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan
sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil, kacangkacangan,
vitamin dan mineral). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan pakan penguat:
1. Ketersediaan Harga Satuan Bahan Pakan
Beberapa bahan pakan mudah diperoleh di suatu daerah,
dengan harga bervariasi, sedang di beberapa daerah lain
sulit didapat. Harga perunit bahan pakan sangat berbeda
antara satu daerah dan daerah lain, sehingga keseragaman
harga per unit nutrisi (bukan harga per unit berat) perlu
dihitung terlebih dahulu.
2. Standar kualitas Pakan Penguat
Kualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi
yang dikandungnya terutama kandungan energi dan potein.
Sebagai pedoman, setiap Kg pakan penguat harus
mengandung minimal 2500 Kcal energi dan 17% protein,
serat kasar 12%.
3. Metode dan Teknik Pembuatan
Metode formulasi untuk pakan penguat adalah metode
simultan, metode segiempat bertingkat, metode aljabar,
metode konstan kontrol, metode ekuasi atau metode grafik.
4. Prosedur Memformulasi
Buat daftar bahan pakan yang akan digunakan,
kandungan nutrisinya (energi, potein), harga per
unit berat, harga per unit energi dan harga per unit
protein.
Tentukan standar kualitas nutrisi pakan penguat
yang akan dibuat.
Memformulasi, dilakukan pada form formulasi.
Tentukan sebanyak 2% (pada kolom %) bahan
pakan sebagai sumber vitamin dan mineral.
Tentukan sebanyak 30% bahan pakan yang
mempunyai kandungan energi lebih tinggi daripada
kandungan energi pakan penguat, tetapi harga per
unit energinya yang paling murah (dapat digunakan
lebih dari 1 macam bahan pakan).
Tentukan sebanyak 18% bahan pakan yang
mempunyai kandungan protein lebih tinggi daripada
kandungan protein pakan penguat, tetapi harga per
unit proteinnya paling murah.
Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dan
harganya), maka 50% formula sudah diperoleh.
Lakukan pengecekan kualitas dengan
membandingkan kualitas nutrisi %0% formula
dengan kualitas nutrisi 50% pakan penguat.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Kartadisastra, H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia
(Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius
2. Budi Pratomo (1986). Cara Menyusun ransum ternak. Poultri Indonesia.
3. Suara Karya, 3 Maret 1992. Mengenal Pakan Ternak Jenis Unggul.
4. Neraca, 6 Juni 1991. Jenis Pakan Yang Cocok Untuk Ternak.
5. Suara Karya, 19 Januari 1993. Memanfaatkan Sisa Pakan.
6. Suara Karya, 2 Juni 1992. Silase, Pakan Ternak Musim Kemarau.
7. Neraca, 1 Juli 1991. Pemgolahan Jerami Menjadi Pakan Yang Disukai ternak.
8. Pikiran Rakyat, 21 Mei 1990. Perlakuan Khusus Terhadap Biji-bijian Bahan
Pakan Ternak.
9. Neraca, 20 juli 1990. Pembuatan Hijauan Makanan Ternak.
10. Suara Karya, 15 September 1992. Cara Menanam Rumput Gajah.
11. Kedaulatan Rakyat, 21 Juni 1990. Prospek Industri Makanan Ternak Limbah
Coklat di Wonosari Cerah.
KONTAK HUBUNGAN :
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda
Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta
10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web:
http://www.ristek.go.id
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan
tenaga/diambil hasilnya dengan cara
mengembangbiakkannya sehingga dapat
meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak
peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat
diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki
peranan penting bagi ternak, baik untuk
pertumbuhan ternak muda maupun untuk
mempertahankan hidup dan menghasilkan produk
(susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak
dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk
memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar
ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan,
jenis pakan yang diberikan pada ternak harus
bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang
sering diberikan pada ternak kerja antara lain
berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).
2. SENTRA PERIKANAN
Selama ini produksi pakan ikan alami dilakukan
oleh pengusaha pembenihan ikan/udang dalam satu
unit pembenihan, atau oleh Balai Budidaya milik
Pemerintah. Sementara ini sentra produksi pakan
ikan buatan berada di Jawa.
3. JENIS
1. Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan
yang diberikan kepada ternak dalam bentuk
segar, baik yang dipotong terlebih dahulu
(oleh manusia) maupun yang tidak (disengut
langsung oleh ternak). Hijauan segar
umumnya terdiri atas daun-daunan yang
berasal dari rumput-rumputan, tanaman bijibijian/
jenis kacang-kacangan.
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar
yang sangat disukai ternak, mudah
diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis
meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga
menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan
dalam menghasilkan energi.
a. Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum
maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria
(Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput
lapangan yang tumbuh secara liar.
b. Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes
guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides,
Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain.
c. c. Daun-daunan: daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.
2. Jerami dan hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan
ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih dari
18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
3. Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya
berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.
4. Konsentrat (pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.
4. MANFAAT
1. Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan
protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%.
Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat
kelompok, yaitu:
a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput
gajah, rumput benggala dan rumput setaria).
2. Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai
kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daundaunan
sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela
rambat, ganggang dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra,
gamal dan sentero
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang
dan sebagainya).
3. Sumber vitamin dan mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun
hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat
bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan,
jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa
perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan
akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya.
Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di
pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap
digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan
beberapa mineral.
5. PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN/PENGOLAHAN
1. Kebutuhan Pakan
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap
nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis
ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh
(normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi
udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya
membutuhkan pakan yang berbeda pula.
Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National
Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan
dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia.
Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan
kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan
yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.
2. Konsumsi Pakan
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi),
mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya
untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan,
perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi
pakannya pun akan meningkat pula.
Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh
faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
a. Temperatur Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur
lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang
berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi
dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi
jenis ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup
tubuh (kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas
tubuhnya akibat pengaruh lingkungan.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi
pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya
menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi
temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi
kelebihan panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun.
Sebaliknya, pada temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan
membutuhkan pakan karena ternak membutuhkan tambahan panas.
Pengaturan panas tubuh dan pembuangannya pada keadaan kelebihan
panas dilakukan ternak dengan cara radiasi, konduksi, konveksi dan
evaporasi.
b. Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai
akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan
pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau,
rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah
yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk
mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada
asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan
mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
c. Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan
“lapar”. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf
(hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha
mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini,
kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan
ternak itu sendiri.
d. Status fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi
tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi
konsumsi pakannya.
e. Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan
adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi
energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin
tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan
menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi
energi yang dikandung pakan rendah.
f. Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang
dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya.
Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah
dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan
sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan
ukuran 3-5 cm.
g. Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya.
Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap
pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman
berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi
“berat badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut.
Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di
lapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang
badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan
menggunakan formula:
Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada 2 (inci) / 661
Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara
meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75
Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
h. Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan
(ternak potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit
dan bulu/wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula
kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi
(disediakan) lebih rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan
berat badannya (terutama selama masa puncak produksi) di samping
performansi produksinya tidak optimal.
3. Kandungan Nutrisi Pakan Ternak
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada
ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang
konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan
bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan
strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum
terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.
Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan
fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi
secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis
terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal dengan
istilah “analisis proksimat”.
4. Peralatan Pembuatan Pakan Ternak
1. Macam-Macam Silo
Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung pada lokasi,
kapasitas, bahan yang digunakan dan luas areal yang tersedia. Beberapa
silo yang sudah dikenal adalah:
Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti
sumur) dan di bangun di dalam tanah.
Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur
membentuk huruf V.
Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau
sekat yang terbuat dari bambu atau kayu.
Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah
menara menjulang ke atas yang bagian atasnya tertutup rapat.
Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti kotak.
2. Cara Memformulasi Pakan
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu
menggunakan Tabel Patokan Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh
kebutuhan nutrisi dalam penyusunan ransum bagi sapi perah adalah
sebagai berikut :
Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan
menjelang beranak(melahirkan pada umur 36 bulan),
membutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi sebagai berikut:
a. Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi: Bahan Kering=6,4
Kg, ME=13 Mcal, Protein=570 gram, mineral=37 kg.
b. Laktasi I: Bahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal,
Protein=93,6 gram, Mineral=5 kg.
c. Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg,
Protein=663,6 gram, Mineral=42 gram.
Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat
diformulasikan dengan suatu metode. Misalnya bahan-bahan pakan
yang tersedia adalah:
a. Rumput gajah: Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal,
Protein=1,8 gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
b. Rumput Kedele: Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal,
Protein=44,9 gram%BK, Mineral=6,3 gram%BK
c. Bungkil kelapa: Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal,
Protein=18,6 gram%BK, Mineral=5,5 gram%BK
Rumput gajah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan
kering sebanyak 80%= 80/100X7,4 kg = 5,92 kg BK. Maka
kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi rumput adalah:
sebanyak = 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.
Kekurangan:
Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
Protein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau 557,04/1480 X
100% = 37,64%.
Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah:
19,04/26,3 X 1,48 kg = 1,07 kg BK.
Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah:
7,26/26,3 X 1,48 kg = 0,41 kg BK.
Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan ternak dengan kondisi tersebut di atas adalah:
Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kg
Bungkil kedelai = 1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg
Bungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg.
3. Teknologi Pakan
Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan
pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya
cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan dengan
tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi
produk yang berdaya guna.
Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan rumput
sebelum diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi ternak
yang mengkonsumsinya. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah
beberapa bahan kimia pada bahan pakan agar dinding sel tanaman yang
semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga
memudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen untuk mencernanya.
Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara beriklim subtropis
dan tropis, akan tetapi sering menyebabkan pakan menjadi tidak
ekonomis dan masih memerlukan teknik-teknik untuk memodifikasinya,
terutama dalam penerapannya di tingkat peternak.
Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan di
lapangan adalah:
Pembuatan Hay
Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumputrumputan/
leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering
berkadar air: 20-30%. Pembuatan Hay bertujuan untuk
menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu
pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang
seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus
pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen
yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu
sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan
hijauan pada musim kemarau.
Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:
1. Metode Hamparan
Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara
meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan
terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di
balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini
biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna
kecoklat-coklatan).
2. Metode Pod
Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai
tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3
hari (kadar air ± 50%). Hijauan yang akan diolah harus
dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi,
serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang
diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang
akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
Pembuatan Silase
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumputrumputan
atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar
mengalami proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi
kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan
ternak tidak mungkin dilakukan.
Prinsip utama pembuatan silase:
1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel
tanaman.
2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui
proses fermentasi kedap udara.
3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.
Pembuatan silase pada temperatur 27-35 derajat C.,
menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat
diketahui secara
organoleptik, yakni:
1. mempunyai tekstur segar
2. berwarna kehijau-hijauan
3. tidak berbau
4. disukai ternak
5. tidak berjamur
6. tidak menggumpal
Beberapa metode dalam pembuatan silase:
1. Metode Pemotongan
Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5
cm
Dimasukkan kedalam lubang galian (silo)
beralas plastik
Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjakinjak)
Tutup dengan plastik dan tanah
2. Metode Pencampuran
Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum
dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat
fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri
pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel
hijauan. Bahan campuran dapat berupa: asam-asam
organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida,
asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi,
menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai
berikut:
asam organik: 4-6kg
molases/tetes: 40kg
garam : 30kg
dedak padi: 40kg
menir: 35kg
onggok: 30kg
Pemberian bahan tambahan tersebut harus
dilakukan secara merata ke seluruh hijauan
yang akan diproses. Apabila menggunakan
molases/tetes lakukan secara bertahap
dengan perbandingan 2 bagian pada
tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3
bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian
pada lapisan atas agar terjadi pencampuran
yang merata.
3. Metode Pelayuan
Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari
(kandungan bahan kering 40% - 50%.
Lakukan seperti metode pemotongan
Amoniasi
Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan
limbah pertanian (jerami) dengan penambahan bahan kimia:
kaustik soda (NaOH), sodium hidroksida (KOH) atau urea
(CO(NH2) 2. Proses amoniasi dapat menggunakan urea sebagai
bahan kimia agar biayanya murah serta untuk menghindari polusi.
Jumlah urea yang diperlukan dalam proses amoniasi: 4 kg/100 kg
jerami. Bahan lain yang ditambahkan yaitu : air sebagai pelarut (1
liter air/1 kg jerami).
Pakan Pemacu
Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu
pertumbuhan dan peningkatan populasi mikroba di dalam rumen,
sehingga dapat merangsang penambahan jumlah konsumsi serat
kasar yang akan meningkatkan produksi.
Molases sebagai bahan dasar pakan pemacu merupakan bahan
pakan yang dapat difermentasi dan mengandung beberapa mineral
penting. Dapat memperbaiki formula menjadi lebih kompak,
mengandung energi cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan
palatabilitas serta citarasa. Urea merupakan bahan pakan sumber
nitrogen yang dapat difermentasi. Setiap kilogram urea mempunyai
nilai yang setara dengan 2,88 kg protein kasar (6,25X46%). Dalam
proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan
konsumsi serat kasar dan daya cerna.
1. Proses Pembuatan
Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap :
Molases (29% dari total formula) dipanaskan pada
suhu ± 50 derajat C.
Buat campuran I (tapioka 16%, dedak padi 18%,
bungkil kedelai 13%).
Buat campuran II (urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).
Buat campuran III (tepung tulang 5% dan mineral
1%).
Buat campuran IV dari campuran I, II, III yang
diaduk merata.
Masukkan campuran IV sedikit sedikit ke dalam
molases, diaduk hingga merata (±15 menit).
Masukkan dalam mangkok/cetakan kayu beralas
plastik dan padatkan.
Simpan di tempat teduh dan kering.
2. Kualitas Nutrisi
Hasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibuat dengan
formulasi tersebut mempunyai nilai nutrisi sebagai berikut:
Energi 1856 Kcal, protein 24%, kalsium 2,83% dan fosfor
0,5%.
3. Jumlah dan Metode Pemberian
Pemberian pakan pamacu dapat meningkatkan konsentrasi
amonia dalam rumen dari (60-100) mgr/liter menjadi 150-
250 mgr/liter. Jumlah pemberian pakan pemacu
disesuaikan dengan jenis dan berat badan ternak. Untuk
ternak ruminansia kecil (domba/kambing) maksimum 4
gram untuk setiap berat badan. Untuk ternak ruminansia
besar (sapi) 2 gram untuk setiap berat badan dan 3,8 gram
untuk kerbau. Pemberian pakan pemacu sangat cocok bagi
ternak ruminansia yang digembalakan dan diberi sisa
tanaman pangan seperti jerami atau bahan pakan berkadar
protein rendah.
Pakan Penguat
Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung
adalah sejenis pakan komplet yang dibuat khusus untuk
meningkatkan produksi dan berperan sebagai penguat. Mudah
dicerna, karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan
sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil, kacangkacangan,
vitamin dan mineral). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan pakan penguat:
1. Ketersediaan Harga Satuan Bahan Pakan
Beberapa bahan pakan mudah diperoleh di suatu daerah,
dengan harga bervariasi, sedang di beberapa daerah lain
sulit didapat. Harga perunit bahan pakan sangat berbeda
antara satu daerah dan daerah lain, sehingga keseragaman
harga per unit nutrisi (bukan harga per unit berat) perlu
dihitung terlebih dahulu.
2. Standar kualitas Pakan Penguat
Kualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi
yang dikandungnya terutama kandungan energi dan potein.
Sebagai pedoman, setiap Kg pakan penguat harus
mengandung minimal 2500 Kcal energi dan 17% protein,
serat kasar 12%.
3. Metode dan Teknik Pembuatan
Metode formulasi untuk pakan penguat adalah metode
simultan, metode segiempat bertingkat, metode aljabar,
metode konstan kontrol, metode ekuasi atau metode grafik.
4. Prosedur Memformulasi
Buat daftar bahan pakan yang akan digunakan,
kandungan nutrisinya (energi, potein), harga per
unit berat, harga per unit energi dan harga per unit
protein.
Tentukan standar kualitas nutrisi pakan penguat
yang akan dibuat.
Memformulasi, dilakukan pada form formulasi.
Tentukan sebanyak 2% (pada kolom %) bahan
pakan sebagai sumber vitamin dan mineral.
Tentukan sebanyak 30% bahan pakan yang
mempunyai kandungan energi lebih tinggi daripada
kandungan energi pakan penguat, tetapi harga per
unit energinya yang paling murah (dapat digunakan
lebih dari 1 macam bahan pakan).
Tentukan sebanyak 18% bahan pakan yang
mempunyai kandungan protein lebih tinggi daripada
kandungan protein pakan penguat, tetapi harga per
unit proteinnya paling murah.
Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dan
harganya), maka 50% formula sudah diperoleh.
Lakukan pengecekan kualitas dengan
membandingkan kualitas nutrisi %0% formula
dengan kualitas nutrisi 50% pakan penguat.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Kartadisastra, H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia
(Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius
2. Budi Pratomo (1986). Cara Menyusun ransum ternak. Poultri Indonesia.
3. Suara Karya, 3 Maret 1992. Mengenal Pakan Ternak Jenis Unggul.
4. Neraca, 6 Juni 1991. Jenis Pakan Yang Cocok Untuk Ternak.
5. Suara Karya, 19 Januari 1993. Memanfaatkan Sisa Pakan.
6. Suara Karya, 2 Juni 1992. Silase, Pakan Ternak Musim Kemarau.
7. Neraca, 1 Juli 1991. Pemgolahan Jerami Menjadi Pakan Yang Disukai ternak.
8. Pikiran Rakyat, 21 Mei 1990. Perlakuan Khusus Terhadap Biji-bijian Bahan
Pakan Ternak.
9. Neraca, 20 juli 1990. Pembuatan Hijauan Makanan Ternak.
10. Suara Karya, 15 September 1992. Cara Menanam Rumput Gajah.
11. Kedaulatan Rakyat, 21 Juni 1990. Prospek Industri Makanan Ternak Limbah
Coklat di Wonosari Cerah.
KONTAK HUBUNGAN :
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda
Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta
10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web:
http://www.ristek.go.id
Cara Pemilihan Bibit Ternak kambing Berkualitas
Pemilihan bibit diperlukan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik.
Pemilihan calon bibit dianjurkan di daerah setempat, bebas dari penyakit dengan
phenotype baik.
a. Calon induk
Umur berkisar antara > 12 bulan, (2 buah gigi seri tetap), tingkat
kesuburan reproduksi sedang, sifat keindukan baik, tubuh tidak cacat,
berasal dari keturunan kembar (kembar dua), jumlah puting dua buah dan
berat badan > 20 kg.
b. Calon pejantan
Pejantan mempunyai penampilan bagus dan besar, umur > 1,5 tahun, (gigi
seri tetap), keturunan kembar, mempunyai nafsu kawin besar, sehat dan
tidak cacat.
Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau
perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk
produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak
cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.
o Ciri untuk calon induk:
1. Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus,
tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk.
2. Jinak dan sorot matanya ramah.
3. Kaki lurus dan tumit tinggi.
4. Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan
bawah rata.
5. Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda.
6. Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.
o Ciri untuk calon pejantan :
1. Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih
tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido
(nafsu kawin) tinggi.
2. Kaki lurus dan kuat.
3. Dari keturunan kembar.
4. Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.
SUMBER :
- Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id.
- Brosur Ternak Kambing, Dinas Peternakan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta Pusat
(tahun 1997).
KONTAK HUBUNGAN :
- Departemen Pertanian RI, Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta
12550 - Indonesia.
- Dinas Peternakan, Pemerintah DKI Jakarta, Jl. Gunung Sahari Raya No. 11 Jakarta Pusat,
Tel. (021) 626 7276, 639 3771 atau 600 7252 Pes. 202 Jakarta.
Pemilihan calon bibit dianjurkan di daerah setempat, bebas dari penyakit dengan
phenotype baik.
a. Calon induk
Umur berkisar antara > 12 bulan, (2 buah gigi seri tetap), tingkat
kesuburan reproduksi sedang, sifat keindukan baik, tubuh tidak cacat,
berasal dari keturunan kembar (kembar dua), jumlah puting dua buah dan
berat badan > 20 kg.
b. Calon pejantan
Pejantan mempunyai penampilan bagus dan besar, umur > 1,5 tahun, (gigi
seri tetap), keturunan kembar, mempunyai nafsu kawin besar, sehat dan
tidak cacat.
Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau
perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk
produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak
cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.
o Ciri untuk calon induk:
1. Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus,
tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk.
2. Jinak dan sorot matanya ramah.
3. Kaki lurus dan tumit tinggi.
4. Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan
bawah rata.
5. Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda.
6. Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.
o Ciri untuk calon pejantan :
1. Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih
tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido
(nafsu kawin) tinggi.
2. Kaki lurus dan kuat.
3. Dari keturunan kembar.
4. Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.
SUMBER :
- Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id.
- Brosur Ternak Kambing, Dinas Peternakan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta Pusat
(tahun 1997).
KONTAK HUBUNGAN :
- Departemen Pertanian RI, Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta
12550 - Indonesia.
- Dinas Peternakan, Pemerintah DKI Jakarta, Jl. Gunung Sahari Raya No. 11 Jakarta Pusat,
Tel. (021) 626 7276, 639 3771 atau 600 7252 Pes. 202 Jakarta.
Jumat, 10 Desember 2010
Hikmah Penyembelihan Hewan Qurban

1.Untuk menguji kualitas keimanan kita kepada Allah swt.
Konon sejarah penyembelihan hewan kurban berasal dari sunnah Nabi Ibrahim as. Suatu hari, Nabi Ibrahim as pernah menyembelih 1000 ekor kambing, 100 ekor unta dan 100 ekor sapi. Setelah selesai melaksanakan perintah tersebut, terucap perkataan dari beliau as:”Jangankan menyembelih 1000 ekor kambing, 100 ekor unta dan 100 unta, andaikan Allah memerintahkan untuk menyembelih anak saya, maka pasti aku laksanakan perintah itu.” Sebuah perkataan yang berangkat dari rasa ketaatan dan kecintaan kepada Allah swt yang sangat dalam.
Konon sejarah penyembelihan hewan kurban berasal dari sunnah Nabi Ibrahim as. Suatu hari, Nabi Ibrahim as pernah menyembelih 1000 ekor kambing, 100 ekor unta dan 100 ekor sapi. Setelah selesai melaksanakan perintah tersebut, terucap perkataan dari beliau as:”Jangankan menyembelih 1000 ekor kambing, 100 ekor unta dan 100 unta, andaikan Allah memerintahkan untuk menyembelih anak saya, maka pasti aku laksanakan perintah itu.” Sebuah perkataan yang berangkat dari rasa ketaatan dan kecintaan kepada Allah swt yang sangat dalam.
Saat itu beliau belum dikaruniai anak. Setelah bertahun-tahun beliau menunggu kedatangan seorang anak yang sangat diharapkan, yaitu Ismail as, yang saat itu masih remaja, cerdas, lucu-lucunya, sholeh, tentu perasaan sayang dan cintanya dicurahkan kepada Ismail as. Hampir hari-harinya dicurahkan untuk menumpahkan perasaan cinta dan sayangnya kepada putra semata wayang tersebut.
Disinilah datangnya ujian ketika seseorang terlalu mencintai sesuatu selain Allah swt. Siapapun yang mencintai sesuatu selain Allah secara berlebihan, baik itu mencintai anak, isteri, jabatan, harta benda atau yang lain, pasti suatu saat Allah swt akan menguji melalui sesuatu yang amat kita cintai itu.Yang tentunya, ujian itu bertujuan untuk mengangkat derajat keimanan dan kemuliaan orang-orang yang beriman. Ada yang tidak lulus diuji dan ada juga yang lulus diuji oleh Allah swt.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat”(QS Al-Baqarah:214)
Disinilah datangnya ujian ketika seseorang terlalu mencintai sesuatu selain Allah swt. Siapapun yang mencintai sesuatu selain Allah secara berlebihan, baik itu mencintai anak, isteri, jabatan, harta benda atau yang lain, pasti suatu saat Allah swt akan menguji melalui sesuatu yang amat kita cintai itu.Yang tentunya, ujian itu bertujuan untuk mengangkat derajat keimanan dan kemuliaan orang-orang yang beriman. Ada yang tidak lulus diuji dan ada juga yang lulus diuji oleh Allah swt.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat”(QS Al-Baqarah:214)
Dan termasuk hamba yang lulus dari ujian tersebut adalah Nabi Ibrahim as. Ketika Allah swt memerintahkan untuk menyembelih Ismail as, Ibrahim as tidak pernah merasa ragu dan berburuk sangka kepada Allah swt. Dalam fikirannya, tidaklah mungkin Allah swt memerintahkan sesuatu kepada hambanya kecuali pasti ada manfaat bagi hamba itu atau manfaat secara umum. Perasaan selalu berbaik sangka (husnudzdzon) kepada Allah swt inilah yang hendaknya dipelihara seorang mukmin. Dari berbagai ujian yang Allah swt berikan kepada Nabi Ibrahim as, seluruhnya dihadapi dengan tabah dan berbaik sangka kepada-Nya. Maka tidaklah mengherankan jika kemudian Allah swt memberikan gelar “Khalilullah (kekasih Allah).” Kepada Ibrahim as.
2.Sebagai sarana untuk taqorrub/mendekatkan diri kepada Allah swt.
Kurban berasal dari qoroba-yaqrabu-qurbaanan yang artinya dekat. Oleh karena itu, tujuan utama penyembelihan hewan kurban dan semua bentuk ibadah yang lain, baik ibadah mahdloh ataupun ghairu mahdloh adalah semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Kurban berasal dari qoroba-yaqrabu-qurbaanan yang artinya dekat. Oleh karena itu, tujuan utama penyembelihan hewan kurban dan semua bentuk ibadah yang lain, baik ibadah mahdloh ataupun ghairu mahdloh adalah semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”(QS Al-Hajj:37)
Tiada kenikmatan hidup ketika seseorang hamba jauh dari Allah swt. Ketika seorang hamba dekat kepada Allah swt, maka akan kita dapatkan kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak hanya di dunia, tetapi juga kelak di Akhirat.
3.Melatih diri untuk menghilangkan sifat-sifat hayawaniyah yang ada dalam diri kita.
Di antara sifat dan karakter hewaniyah adalah sifat tamak dan serakah, tidak mau menggunakan potensi akal untuk memahami ayat/kekuasaan Allah, mempunyai mata tidak untuk melihat keagungan-Nya dan mempunyai telinga tidak untuk mendengar nasehat-nasehat keagamaan. Ada sekelompok manusia yang memiliki sifat dan karakter tersebut, yang menggunakan waktunya hanya untuk memikirkan perut dan sedikit dibawah perut. Kata Sayyidinia Ali ra:”Barangsiapa yang hanya berfikir untuk memenuhi perut, maka nilainya/harga dirinya tidak lebih dari apa yang keluar dari perut.”
Hal ini tersurat di dalam al-Qur’an :
Di antara sifat dan karakter hewaniyah adalah sifat tamak dan serakah, tidak mau menggunakan potensi akal untuk memahami ayat/kekuasaan Allah, mempunyai mata tidak untuk melihat keagungan-Nya dan mempunyai telinga tidak untuk mendengar nasehat-nasehat keagamaan. Ada sekelompok manusia yang memiliki sifat dan karakter tersebut, yang menggunakan waktunya hanya untuk memikirkan perut dan sedikit dibawah perut. Kata Sayyidinia Ali ra:”Barangsiapa yang hanya berfikir untuk memenuhi perut, maka nilainya/harga dirinya tidak lebih dari apa yang keluar dari perut.”
Hal ini tersurat di dalam al-Qur’an :
“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.”(QS Al-A’raf:179)
4. Sebagai rasa syukur atas nikmat yang Allah swt berikan kepada kita.
Jika kita mencoba menghitung nikmat Allah yang diberikan kepada kita, maka tidak akan pernah bisa untuk menghitungnya dengan cara apapun. Dari sekian banyak nikmat Allah swt itu, Dia hanya meminta kepada kita untuk memberikan kepada orang lain yang membutuhkan berupa penyembelihan hewan kurban, baik berupa kambing, sapi atau unta. Dan tentunya penyembelihan itu manfaatnya akan kembali kepada si pelaku.
Jika kita mencoba menghitung nikmat Allah yang diberikan kepada kita, maka tidak akan pernah bisa untuk menghitungnya dengan cara apapun. Dari sekian banyak nikmat Allah swt itu, Dia hanya meminta kepada kita untuk memberikan kepada orang lain yang membutuhkan berupa penyembelihan hewan kurban, baik berupa kambing, sapi atau unta. Dan tentunya penyembelihan itu manfaatnya akan kembali kepada si pelaku.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus” (QS Al-Kautsar:1-3)*******
SUMBER :
HMM ( Himpunan Masyarakat Muslim ) PTFI.
SUMBER :
HMM ( Himpunan Masyarakat Muslim ) PTFI.
Keutamaan Qurban

Pada dasarnya, setiap umat diperintahkan untuk melakukan penyembelihan hewan kurban. Sejak diutusnya Nabi Adam as, Alloh memerintahkan kepada putra-putra Adam as ( Qobil dan Habil) untuk menyembelih hewan kurban sebagai bukti atas kualitas iman dan keikhlasannya mengabdi kepada Alloh swt. Namun yang diterima oleh Alloh swt adalah kurban Habil berupa kambing kibas besar dan gemuk, sementara kurban Qobil berupa hasil pertanian dan perkebunan yang diambilkan dari panen yang sudah membusuk, maka Alloh pun tidak menerimanya.
Sejarah perjalanan kurban putra Adam as ini selanjutnya diteruskan oleh umat-umat sesudahnya, dan dipertegas kembali oleh Alloh swt kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih putranya Ismail as. Dan selanjutnya, sejarah dan syariat kurban Nabi Ibrahim as ini ditiru oleh umat-umat sesudahnya, termasuk Rasulullah saw dan umatnya. Hanya saja, Islam meluruskan tujuan dan misi kurban yang dilakukan oleh orang-orang Arab jahiliyyah yang menyembelih kurban dengan tujuan untuk persembahan kepada berhala-berhala yang mereka sembah. Setelah Alloh mengutus Nabi Muhammad saw, beliau meluruskan tujuan dan misi kurban untuk dipersembahkan kepada Alloh swt, sementara dagingnya dimanfaatkan untuk kepentingan kaum dhu’afa. Hal ini dijelaskan oleh Alloh swt dalam ayat tersebut di atas.
Bagi orang yang beriman terhadap Alloh swt, perintah untuk menyembelih hewan kurban adalah sebagai manifestasi atas kualitas keimanannya. Ada sekian banyak keutamaan yang terkandung di dalam penyembelihan hewan kurban, antara lain adalah;
1.Bahwa daging,darah, bulu, rambut dan kuku-kuku hewan kurban akan dating pada Hari Kiamat sebagai saksi bagi yang bersangkutan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Aisyah ra bahwa Nabi saw bersabda:
“Tidak ada suatu amal yang dikerjakan oleh Anak Adam pada hari Nahar yang paling dicintai oleh Alloh,melainkan mengalirkan darah,dan sesungguhnya dia (hewan kurban) itu kelak di Hari Kiamat sungguh akan dating dengan tanduk-tanduknya,kukunya dan rambut-rambutnya,dan sesungguhnya darah itu akan sampai kepada Alloh swt di tempat (pemotongan itu) sebelum binatang itu jatuh ke tanah,karena itu ikhlaslah dalam berkurban.”(HR Ibnu Majah dan Tirmidzi)
2. Bahwa setiap rambut, bulu dan tulang-belulang hewan kurban adalah bernilai pahala di sisi Alloh swt.Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Zaid bin Arqam ra, dia berkata:
Dari Zaid bin Arqom berkata:Aku bertanya kepada Rasulullah saw:”Ya Rasulullah!Dari manakah syariat kurban itu?”Beliau jawab:”Ini dari sunnah bapakmu Ibrahim.”Aku bertanya:”Apa yang kami peroleh dari kurban ini?”Jawab beliau:”Pada setiap rambutnya ada satu kebaikan.” Aku bertanya:”Bagaimana dengan bulu-bulunya?”Jawab beliau:”Pada setiap rambut dari bulu-bulu itu ada satu kebaikan.”(HR Ahmad dan Ibnu Majah)
3.Bahwa setiap tidak ada bentuk ibadah yang paling utama pada bulan Dzulhijjah kecuali harta yang dikeluarkan untuk membeli hewan kurban.Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra , dia berkata bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:
Dari Ibnu Abbas ra berkata: Bersabda Rasulullah saw:”Tidak ada sesuatu perak yang diinfakkan yang lebih utama,melainkan untuk membeli binatang kurban pada Hari Idul Adha.( HR Ath-Thabrani)
Begitu pentingnya nilai dan manfaat penyembelihan hewan kurban, Jumhur ulama termasuk Imam Syafi’I, berpendapat bahwa hukumnya sunnah muakkad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan, sunnah yang mendekati wajib. Bahkan Madzhab Adh-Dhahiri berpendapat hukumnya wajib bagi orang yang diberikan kelapangan rezeki pada hari itu. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
”Barangsiapa mendapatkan kemampuan (untuk berkurban),lalu dia tidak kurban,maka jangan sekali-kali dia mendekati tempat sholat kami.”(HR Ahmad dan Ibnu Majah)******
SUMBER :
HMM ( Himpunan Masyarakat Muslim ) PTFI.
Langganan:
Postingan (Atom)